Penulis: Ahmad Minanurrahim, S.Pd.I*
Beberapa hari yang lalu muncul beberapa berita yang mengemparkan dunia pendidikan lantaran seorang siswa membunuh gurunya karena dibangunkan tidur dengan cara mencoret pipinya. Hal yang sangat ironis karena siswa yang notabene seorang yang mecari ilmu dari guru justru mengahabisi nyawanya, hal ini tidak luput dari tanggungjawab kita bersama dalam mengembalikan bi’ah salafiyah kaitan dengan akhlaq dan tata krama kepada gurunya. Hal ini sering disebutkan dalam kitab Ta’limul Muta’alim yang mengatakan “ketika engkau diajar gurumu dengan cerita yang diulang 1000 kali maka bersikaplah engkau seakan engkau mendengarkan pertama kali”. Itu menandakan bahwa etika seorang murid untuk menjaga perasaan seorang guru dengan harapan gurunya tidak tersinggung sehingga ilmu yang diberikan semakin ikhlas. Namun disisi lain banyak faktor ketika kejadian yang ada disampang madura itu terjadi, bisa faktor yang dimunculkan sekolah karena mengabaikan pelajaran akhlaq atau faktor yang dimunculkan orang tua wali itu sendiri karena tidak ikut serta mengajarkan akhlaq kepada anaknya.
Didalam dunia kepesantrenan, keberadaaan wali santri sangatlah penting. Agar supaya santri-santri memiliki semangat yang kuat di dalam belajar, maka para wali santri yang notabene nya seorang orangtua, harus lebih mengerti dan memahami kondisi anak-anaknya. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis akan sedikit mengupas tentang betapa pentingnya peran wali santri dalam membentuk insan cendekia dan berakhlaq mulia.
Pertama niat Ikhlas, seorang wali santri wajib ikhlas ketika menitipkan putra-putrinya ke lembaga pesantren. Ikhlas dalam segala hal mulai ikhlas dalam membiayai ataupun ikhlas melepaskan putra putrinya untuk tidak bersama dalam sementara waktu karena memang demi menuntut ilmu dipesantren. Walaupun kadang kala wali zaman now sering kali menangis karena harus berpisah dengan putra-putrinya yang berada di pesantren, dan hal yang perlu dipikirkan lebih baik menangis sekarang daripada harus menangis dikemudian hari.
Kedua senantiasa membesarkan hati putra-putrinya, hal ini sangat perlu bagi mereka wali santri yang putra-putrinya sedikit mempunyai masalah terkait dengan peraturan pesantren. Bukan malah menciutkan hati atau malah memberi dukungan terhadap tindakan anak karena bisa membuat santri lebih berani terhadap guru mereka faktor inilah yang membuat mental mereka lebih berani karena merasa di dukung oleh orang tua walaupun mereka dalam kondisi yang salah. Ini penting sekali mengingat salah tindakan akan mengakibatkan kebrutalan putra-putrinya.
Ketiga memberikan pendidikan mulai dari rumah, wali santri wajib peduli terhadap pendidikan tidak hanya sekedar mencarikan biaya melainkan menjadi guru ketika berada di rumah. Ini bisa dilakukan dengan senantiasa memberi nasehat dan petuah yang baik terutama dalah hal akhlaq dan etika terhadap guru. Selain itu orang tua memang orang tua adalah guru pertama dan utama dalam keluarga, jangan sampai mempunyai kesan bahwa yang wajib mendidik adalah guru madrasah atau hanya ustdaz saja dan orang tua lepas tangan dan tidak peduli terhadap perkembangan pendidikan anaknya.
Keempat menjalin hubungan dengan pesantren secara sinergis. Keduanya mesti terbangun kerja sama yang kukuh antara keduanya. Ketika penanganan santri hanya dipasrahkan sepenuhnya kepada pesantren, maka tidak menutup kemungkinan bakal terjadi ketidakmaksimalan. Terutama yang berkaitan dengan pendidikan dan akhlak santri itu sendiri.
Demikian sedikit ulasan kaitan dengan peran penting wali santri, apalagi keadaan sekarang yang semakin berubah menuntut kita semuanya untuk saling memahami dan mendalami perubahan jaman dengan tidak meninggalkan warisan budaya salafus sholeh. Semoga putra-putri kita senantiasa diberi petunjuk di jalan yang benar dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat. amiin
* Penulis merupakan lurah Pondok Pesantren Terpadu Al Kamal